[CURHAT]
Alhamdulillah
ibu pulang dari RS setelah seminggu di opname. Waktu itu saya belum menetapkan
untuk memilih dua kandidat pengasuh mana yang akan saya pilih. Tidak memungkinkan
jika saya harus ijin kesekian hari dalam waktu 1 minggu. Disaat posisi Intan
tertidur, padahal udah mandi. Saya gendong dia dan dibonceng suami menuju ke
sekolah. Di perjalanan kami memutuskan “ya
sudah.. Intan di rumah ibunya mas Galih aja.”
Jika
dibilang kami orang tua tega, itu salah. Saya menangis. Sepanjang jalan menangis,
menitipkan anak yang masih tidur pun sambil menangis. Dan sampai sekolah air
mata saya nggak bisa berhenti terlebih saat teman-teman menanyakan kondisi ibu
dan diakhiri pertanyaan “Intan sama siapa sekarang?”. Dodolnya sih mau curhat
malu, jadi nulis aja disini dan saya ngetik ini aja ada drama nangis-nangis. Maklumlah
saya deretan melankolis parah.
Drama
rengekan dan nangisnya Intan pecah lagi ketika saya datang di jam menyusui. Saya
perkenalkan dia dengan keluarga barunya, saya sounding pelan-pelan supaya nggak
rewel, dan saya yakinkan persaan dia kalau memang mama akan tetap mengasuh kamu
sekalipun mama ngajar. Kesannya imposible kan ya, tapi saya sih percaya kalau
Intan pasti ngerti dan ngrasain juga apa yang saya rasakan. Bahkan drama rewel
dan nangis itu berlangsung selama hampir satu minggu. Begitupun saya,
memantapkan hati dan perasaan juga butuh waktu banget. Jadi awal-awal saya
menitipkan Intan begitu balik badan pasti akan nangis bombay sampai bedak
luntur semua. Haha...
Sebenarnya
rugi juga sih saya terus baper begitu. Karena dengan kebaperan saya malah
membuat Intan nggak nyaman dan rewel. Sampai di minggu kedua kami mulai sama-sama
menerima kenyataan bahwa inilah pilihan keluarga kami. Ini yang harus kami
hadapi, dan kami harus menutup telinga dari perkataan sinis orang-orang. Ya..
gini-gini udah banyak yang cicicuit soal kehidupan kami lho. Berasa selebritis
kan ya.
Buat
Intan kalau nanti kamu udah besar dan bisa baca ini...
Mama
minta maaf, begitupun papa. Kami harus mengajak kamu sekecil ini merasakan
beratnya hidup. Tapi Intan percaya kan kalau kami akan tetap berusaha menjadi
orang tua terbaik untuk Intan. Kewajiban kami dititipi amanah dari Allah sebisa
mungkin kami jalankan. Mama sering ngrasa nggak mampu menjalani ini. Melihat dan
menyertakan kamu dalam setiap perjalanan pagi yang dingin, merasakan panasnya
terik matahari, tapi Intan jadi belajar bahwa hidup memang sejatinya adalah
perjuangan. Alhamdulillah... keluarga ini selalu dimampukan dan dicukupkan
lewat jalan yang nggak diduga. Maka dari itu, maafin mama dan papa kalau kami
harus mengajari kamu untuk mandiri sekecil ini. Bahkan di perjalananmu menuju
satu tahun kemarin. Tumbuh dan berkembanglah dengan semestamu ya, nak. kecup sayang mama papa buat Intan.
0 comments