Akhirnya Kami Menggunakan Pengasuh Untuk Intan

By Intania Kirana - Januari 18, 2017



Kami bisa dikatakan sebagai keluarga idealis. Disaat kami sebagai orang tua baru dan masih harus belajar banyak tentang ini itu, kami masih tetap pada pendirian untuk tidak menggunakan jasa pengasuh. Padahal saya bekerja, jadi selama saya kerja Intan sama mbah uti. Kesibukan mbah uti ngasuh Intan dimulai dari usia Intan 42 hari dan dinamika anak diasuh mbah saat ibunya bekerja mah gitu. Adaaaa aja, tapi terimakasih tak terhingga buat ibu.


Belum genap usia Intan 1 tahun, ibu harus merasakan bobok manis di RS. Dan tahun 2016 kemarin 2x ibu opname karena diabetes yang dideritanya. Teman-teman tolong selipkan doa untuk kesembuhan dan panjang umur ibuku ya. Aamiin. Dengan banyaknya pertimbangan dan perasaan bersalah seperti kami yang memicu mbah uti capek karena momong Intan, belum harus bertanggungjawab ngurus mbah koko, dan mengingat kondisi ibu memang harus banyak istirahat. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jasa pengasuh.

Ini bukan keputusan terpaksa kami, tapi memang jalan inilah satu-satunya dimana saya masih bisa bekerja dan anak tetap ada yang jagain. Disamping itu saya ngeman banget ibu saya. Jadi ya sudah, drama pencarian pengasuh pun dimulai. Banyak juga pertimbangan yang harus kami rundingkan matang-matang. Selain menyoal kepribadiannya gimana sama anak-anak, kerjaannya, terpenting adalah kami memang masih sangat memperhitungkan di biaya per bulan. Secara gaji kami masih ~~~~~

Kalau kata orang nyari pengasuh itu sama susahnya kayak nyari jodoh sih rada-rada bener. Udah cocok orangnya nanti nggak cocok nominal gajinya. Kalaupun udah cocok gajinya besoknya galau nggak jadi berangkat. Gitu aja terus. Giliran sudah dapat ada aja orang nawarin mau jadi pengasuh. Hahaha.. orang mah gitu ya, klewa-klewo kalau orang Jawa bilang.

Bisa dibilang memang untuk pengasuhan Intan ini lumayan beda dari tetangga-tetangga saya. Intan saya boyong ke rumah pengasuhnya demi dekat dengan gentongnya. Iya, dia sekarang benar-benar nggak mau ngedot dan nggak mau asi perah. Ngucur aja dari gentongnya. Enaknya memang saya nggak perlu wara-wiri sekolah ke rumah untuk nenenin Intan, kasihannya itu Intan harus bangun pagi dan rela bolak balik naik motor ikut saya sekolah. Kalau pagi udara masih dingin-dingin seger, tapi kalau siang panas. Nggak jarang diperjalanan saya suka nangis karena harus mengorbankan anak. Belum lagi perkataan orang. Tapi gimana lagi~~~~ *kalian tau apa sama hidup keluarga gue*

Bersyukurnya adalah bapak dan ibu menyetujui keputusan kami untuk Intan dibawa ke rumah pengasuhnya setiap saya berangkat kerja. Bersyukurnya lagi adalah Intan berada di keluarga pengasuh yang memang dia seperti dianggap anak dan adik bagi anak-anaknya ibu pengasuh. Mereka baiiiiiiiiiiiiiiik banget, meskipun kebaikan dan jasa mereka belum bisa kami bayar dengan nominal yang layak. Semoga Allah melancarkan rejeki mereka dan kami. Aamiin. 

Sekarang sudah berjalan sekitar 5 bulan Intan sama ibunya setiap saya ngajar. Dan memang semua butuh proses termasuk adaptasi saya dan Intan dengan lingkungan baru. Suka gitu kan ya, ketika masih memilih menjadi working mom, anak terkesan dikorbankan. Yah.. maafkan mama ya dek. Kamu harus rekoso sekecil ini. Tapi inilah hidup yang harus saya jalai dengan semangat dan sabar. Insyaallah indah pada waktunya. 

Udah ah.. curhatan aja sih intinya mah.Bye daripada mewek.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments