asi

Menjadi seorang ayah ASI

By Intania Kirana - April 27, 2016

 
ayah ASIx
Semenjak tahu istri hamil, saya memang sudah mbatin kalau anak saya nantinya hanya di beri ASI. Tentang ASI saya tahu dari banyaknya poster yang dipasang di rumah sakit dan say abaca saat menemani istri priksa kandungan. Ditambah setiap malam disaat istri saya tidur, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing tentang ASI. Beruntungnya lagi dokter kandungan juga sangat menyarankan untuk memberikan ASI terutama di enam bulan pertama. Dan Alhamdulillah, pasca operasi Intan langsung IMD dan ASI istri keluar meskipun masih sangat sedikit. 


Memang menjadi seorang ayah ASI tidaklah mudah. Semenjak dalam masa kandungan, saya berusaha ikut memperhatikan asupan gizi untuk janin dan menjadi satpam istri saat makan. Sayangnya seringkali istri bandel dan gak nurut terutama untuk banyak mengkonsumsi sayuran. Tapi saya tidak kehabisan kata untuk terus merayunya dan berusaha berjuang demi lancarnya ASI. Perhatian kecil bisa kita berikan untuk istri seperti membuatkan susu sebelum tidur, beliin makanan kesukaannya, atau berikan makanan yang memacu produksi ASI seperti bubur kacang ijo atau makanan sejenis yang berupa kacang-kacangan.

Lainnya adalah di hari kedua Intan, saya membelikan alat pumping untuk istri. Disamping istri yang minta, saya juga mengantisipasi kalau suatu hari istri akan mengalami nawoni. Istilah jawa sih itu dimana kondisi payudara bengkak dan ASI tidak bisa keluar, akibatnya si ibu akan merasa meriang dan suhu tubuh panas. Istri sempat mengalami sih, tapi itu gak berlangsung lama. Begitu juga peralatan untuk menyimpan ASIP sebelumnya saya cicil dengan membeli botol-botol kaca. Dan percayalah, menjadi seorang ayah baru itu membuat saya akrab dengan baby store. Tapi saya gak seperti istri yang gampang kegoda ini itu. Lempeng aja bawaannya. 

Dukungan untuk istri dalam memberikan ASI kepada bayi sangat penting. Mungkin disini peran saya tidak serta merta ikut pumping, tapi saya lebih kepada proses mendamping. Tengah malam disaat ngantuk-ngantuknya bayi nangis karena ngompol dan haus. Saya biarkan istri tidur dan membangunkan sebentar untuk nenen, atau saya menemani istri pumping dan membantunya memberikan label tanggal dan jam lalu menyimpannya di kulkas. Seperti itu, dan ketika istri malam pumping saya berusaha mensugesti untuk tetap memberikan yang terbaik kepada Intan. Cukup satu kalimat “katanya mau asi eksklusif, kok malas?”

Mungkin saya terkesan pamer, tapi saya gak bermaksud menggurui. Selagi masih bisa memberikan ASI, ayo kita dukung istri untuk terus ngASIx. Selagi masih ada kesempatan membantu istri begadang, hayuk kita berikan waktu istirahat bidadari kita dan gantiin popok bayi kita. Dan saya berharap istri bisa memberikan ASI untuk Intan sampai nanti berusia 2 tahun. Bukannya sayang duit buat beli sufor, tapi saya lebih menerapkan bagaimana mengajarkan istri untuk memberikan haknya kepada anak. 

Semoga saya bisa menjadi seorang ayah ASI yang baik. Tapi godaan terbesar adalah menerima dan menghadapi kelabilan emosi istri! Duh!

-Papa Diyon-


  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. Wah keren nih Papanya Intan...bisa jai contoh para ayah dan calon ayah lain.

    BalasHapus