Semenjak tahu
istri hamil, saya memang sudah mbatin kalau anak saya nantinya hanya di beri
ASI. Tentang ASI saya tahu dari banyaknya poster yang dipasang di rumah sakit
dan say abaca saat menemani istri priksa kandungan. Ditambah setiap malam disaat
istri saya tidur, saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing tentang
ASI. Beruntungnya lagi dokter kandungan juga sangat menyarankan untuk
memberikan ASI terutama di enam bulan pertama. Dan Alhamdulillah, pasca operasi
Intan langsung IMD dan ASI istri keluar meskipun masih sangat sedikit.
Memang menjadi
seorang ayah ASI tidaklah mudah. Semenjak dalam masa kandungan, saya berusaha
ikut memperhatikan asupan gizi untuk janin dan menjadi satpam istri saat makan.
Sayangnya seringkali istri bandel dan gak nurut terutama untuk banyak
mengkonsumsi sayuran. Tapi saya tidak kehabisan kata untuk terus merayunya dan
berusaha berjuang demi lancarnya ASI. Perhatian kecil bisa kita berikan untuk
istri seperti membuatkan susu sebelum tidur, beliin makanan kesukaannya, atau
berikan makanan yang memacu produksi ASI seperti bubur kacang ijo atau makanan
sejenis yang berupa kacang-kacangan.
Lainnya adalah
di hari kedua Intan, saya membelikan alat pumping untuk istri. Disamping istri
yang minta, saya juga mengantisipasi kalau suatu hari istri akan mengalami
nawoni. Istilah jawa sih itu dimana kondisi payudara bengkak dan ASI tidak bisa
keluar, akibatnya si ibu akan merasa meriang dan suhu tubuh panas. Istri sempat
mengalami sih, tapi itu gak berlangsung lama. Begitu juga peralatan untuk
menyimpan ASIP sebelumnya saya cicil dengan membeli botol-botol kaca. Dan percayalah,
menjadi seorang ayah baru itu membuat saya akrab dengan baby store. Tapi saya
gak seperti istri yang gampang kegoda ini itu. Lempeng aja bawaannya.
Dukungan untuk
istri dalam memberikan ASI kepada bayi sangat penting. Mungkin disini peran saya
tidak serta merta ikut pumping, tapi saya lebih kepada proses mendamping. Tengah
malam disaat ngantuk-ngantuknya bayi nangis karena ngompol dan haus. Saya biarkan
istri tidur dan membangunkan sebentar untuk nenen, atau saya menemani istri
pumping dan membantunya memberikan label tanggal dan jam lalu menyimpannya di
kulkas. Seperti itu, dan ketika istri malam pumping saya berusaha mensugesti
untuk tetap memberikan yang terbaik kepada Intan. Cukup satu kalimat “katanya
mau asi eksklusif, kok malas?”
Mungkin saya
terkesan pamer, tapi saya gak bermaksud menggurui. Selagi masih bisa memberikan
ASI, ayo kita dukung istri untuk terus ngASIx. Selagi masih ada kesempatan
membantu istri begadang, hayuk kita berikan waktu istirahat bidadari kita dan
gantiin popok bayi kita. Dan saya berharap istri bisa memberikan ASI untuk
Intan sampai nanti berusia 2 tahun. Bukannya sayang duit buat beli sufor, tapi
saya lebih menerapkan bagaimana mengajarkan istri untuk memberikan haknya
kepada anak.
Semoga saya
bisa menjadi seorang ayah ASI yang baik. Tapi godaan terbesar adalah menerima
dan menghadapi kelabilan emosi istri! Duh!
-Papa Diyon-
1 comments
Wah keren nih Papanya Intan...bisa jai contoh para ayah dan calon ayah lain.
BalasHapus