“Intan sengaja kamu kondisikan buat jadi seorang kutu
buku ya mak? Kok kamu sering share foto dia lagi asyik baca buku?”
Jujur,
sebenarnya enggak ada niat mengkondisikan Intan jadi kutu buku. Jadi ceritanya
waktu itu mbak Fita nawarin di grup buku-buku yang mau di garage sale gitu. Kebetulan juga saya sendiri belum punya koleksi
buku anak. Nah, saya beli deh buku mbak Fita dengan tujuan sebagai bahan bacaan
saya sendiri yang nantinya akan saya gunakan untuk bercerita ke Intan. Ini tujuan
awal saya, tetapi ternyata semesta berkata lain.
Jadi
saya mengenalkan buku ini ketika usia intan sekitar 9 bulan kalau nggak salah. Dia
belum merespon dengan ucapan, tapi setiap saya menunjukkan gambar dan mengatakan
karakter gambar dia terlihat memperhatikan. Gak ada target khusus sebenarnya,
niat saya hanya mengenalkan ini adalah Mickey Mouse, Minnie Mouse, Donal Duck,
Dessy Duck, Pluto dan Goffy. Memang sebelum tidur saya sering membacakan cerita
di buku ini sesuai dengan imajinasi saya, dan Intan terlihat suka. Sekali dua
kali baca cerita, ternyata jadi kebiasaan buat Intan.
Begitupun
kalau mainan, dia akan excited kalau
menemukan buku ini di keranjang mainannya. Untungnya buku ini modelnya hardcover jadi sangat aman dan nggak
takut di sobek sama Intan. Setiap menemukan buku ini dia akan membolak-balik
halamannya, sesekali dia menunjuk gambar dan keluar kosa kata nggak jelas gitu.
Saya sekedar mengawasi baru kemudian dia memberikan buku ke saya, itu semacam
sinyal untuk membacakan cerita. Seiring dengan
perkembangan Intan, dia mulai paham karakter di buku itu dan bisa
mengucapkannya. Takjub juga ketika dia mengucapkan “be..bek” sambil menunjuk
gambar bebek, kemudian “oo..la” sambil menunjuk bola, macam gitu dan lucunya
ada ucapan seolah-olah dia baca cerita.
Memang
disini saya tidak mengkondisikan Intan untuk suka baca buku. Tapi dengan dia
melihat saya membaca, saya coba bacakan dan kenalkan lama kelamaan akan menjadi
kebiasaan juga. Mengenai hobi membaca, kecintaan terhadap buku, dan pinter menulis, saya ingat
sahabat saya Bulik Uniek Kaswarganti
yang putri sulungnya juara banget dalam membuat cerpen anak. Saya sendiri
pernah bertanya kepada bulik bagaimana pola asuh terhadap kak Vivi sehingga di
usia yang masih kecil sudah memiliki prestasi yang keren banget. Ternyata, kak
Vivi melihat dan meniru kebiasaan orang tuanya yang merupakan pecinta buku.
Sedikit
ya saya rangkum kutipan chat saya dengan bulik Uniek ^^
Saya : “hai bulik, nanya donk. Kak Vivi pinter
bikin cerpen gitu awalnya memang passion dia apa sengaja diarahin sama bulik?”
Bulik
: “ Lihat ortunya suka baca, che. Aku dan suami kan sama-sama gila baca. Buku udah
nggak keitung di rumah. Terus anak-anak juga suka dibacain dongeng kalau malam,
jadinya buku itu terasa menyenangkan buat mereka.”
Saya
: “ terus, awal mula ngenalin vivi sama dunia tulis menulis kapan?”
Bulik
: “dia awalnya lihat sendiri emaknya suka ngetik-ngetik gitu. Trus ternyata
tulisan yang diketik tadi ada yang diterbitkan jadi buku. Juga kalau ikut lomba
ngeblog gitu. Setiap dia lihat ibunya dapet hadiah ada perasaan dia pengen
dapet hadiah. Ibu kok enak- enakan aja bisa dapat hadiah melulu sih? Gitu
pernah dia tanya. Yeee... enak-enakan dari mana nduk, itu kan juga mikir. Sebangsa
gitu lah percakapannya sama Vivi. Hehehehe. ”
Saya
: “ berarti karena melihat ibunya dia jadi termotivasi gitu ya?”
Bulik
: “hooh. Vivi suka menulis karena emaknya hobi nulis juga. Jadi emaknya sama
sekali nggak memaksa dia untuk menulis. Dia suka baca, nulis, dan ngeblog
karena liat emaknya hepi benget melakukan ketiga aktifitas tadi.”
Saya
: “ Lalu stimulasi apa yang bulik kasih untuk
mendukung kegemaran Vivi?”
Bulik
: “ Saat Vivi serius pengen tau teknis menulis, pernah aku ikutkan les menulis
di penulis beneran. Kalau emaknya kan abal-abal (ini bulik merendah sangat! Hahaha),
nulisnya suka-suka hati aja nggak tau teknis-teknisnya. Lesnya terpaksa online
karena kalau hari kerja emaknya nggak bisa anter, sedangkan si penulis ini
biasanya ngelesi kalau pas hari kerja doank.”
Saya
: “ progress nya gimana setelah les?”
Bulik
: “Lumayan lahsetelah les beberapa waktu, rada rapi teknik menulisnya Vivi. 3
tahun berturut-turut dia ikutan Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI)
bareng penulis-penulis cilik lainnya se Indonesia. Jadi pas kelas 4, 5 dan 6
dia kepilih terus mewakili Jateng ke KCPI itu.
Saya
: “ Wow.. hebat ya kak Vivi!!! Jadi artinya anak peniru ulung banget ya bulik,
trus gimana kasih stimulus yang tepat dengan bakat anak?”
Bulik
: “ Iya Che, anak itu kan polahnya biasanya bentukan dari orang tuanya. Kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan sehari-hari. Menulis itu bukan bakat, tolong digaris bawahi itu.
Para penulis besar pun selalu bilang bahwa menulis itu bukan bakat, melainkan
latihan yang terus menerus dilakukan. Yang penting bocah hepi aja dulu dan
orang tua kalau bisa kasih contoh. Bisa dikondisikan kalau mau anaknya suka
baca dan pinter nulis tapi itu tadi beri contoh ke anak. Soalnya ada tetanggaku
yang pengen anaknya kayak Vivi tapi orang tuanya malah suka mantengin TV dan
Hp. Ya jelas anaknya niru.”
Saya
: “ jadi kuncinya hepi dan jangan dipaksa ya bulik.”
Bulik
: “iya.. jadi konsekuen dengan keinginan mau ngarahin anak kemana.”
Saya
: “ Oke bulik. Terimakasih banget buat sharingnya. Sukses buat kak Vivi.”
****
See, seorang
Vivi aja nggak dikondisikan untuk jadi penulis. Tetapi dia meniru emaknya. Jadi
benar kalau anak itu adalah mesin fotocopy tercanggih di jagad Bimasakti. Nah dengan
sharing sama bulik saya jadi banyak belajar, terlebih karena saya orang tua
baru yang ilmunya masih cetek banget. Jadi intinya anak hepi dan nggak dipaksa,
tapi orang tua juga harus konsekuensi dengan apa yang dipilih dan diajarkan ke
anak.
Memang
kalau dipikir seorang anak bukan jelmaan orang tua versi mini. Mereka akan
punya kemauan sendiri dan tugas orang tua selain mengawasi juga mengarahkan. Mengenai
Intan yang suka dengan buku saya juga bahagia, dan saya tidak mengkondisikan
dia menjadi seorang kutu buku. Jika suatu saat dia nggak suka jadi penulis atau
blogger juga nggak masalah. Yang terpenting kebahagiaan anak seperti yang bulik
Uniek katakan tadi. Jadi ya... saya biarkan aja sih dia asik ngacak-ngacak buku
di stand buku dan memasang muka melas buat bungkus bukunya. Hahaha.. dan terimakasih
juga buat mbak Fita udah ngadain garage
sale, jadi Intan kenalan sama buku pertama kali pakai bukunya kak Kiara.
0 comments