Ternyata
hidup di jaman yang serba canggih dan serba gampang itu gak selamanya memudahkan
manusia juga ya. Terlebih dalam sebuah idealisme pola asuh. Saya termasuk dalam
orang yang lumayan kecanduan hp. Dikit-dikit hp dan nggak mau kalau saya harus
mengesampingkan anak karena hp. Jujur, itu susah tapi saya harus bisa. Dan saya
sendiri nggak mau untuk nantinya Intan kecanduan gadget seperti saya.
Baca
: No Gadget Di Usia Dini
Tapi
ketika saya dan suami ingin memberikan pola asuh yang meminimalisir hp itu
ternyata ada aja godaannya. Godaan berat adalah dari dalam diri sendiri, godaan
lainnya adalah dari orang sekitar. Suatu ketika kami berhasil tidak pegang hp
saat ada Intan, tetapi sama ibu pengasuh kadang diberikan. Ada baiknya memang
dia akan mengenal fungsi hp dan dengan gayanya menempelkan di telinga sambil
berkata ” haoo...papa”. sesekali sama pakdhe dia diajak melihat rekaman video
mbak Keisha main. Nah, seperti itu terkadang dia akan meminta saya untuk
menyalakan hp. Kalau nggak dikasih dia akan marah kemudian menyakiti dirinya
sendiri.
Dengan
begitu saya dan suami pun kembali untuk berfikir bahwa meniadakan hp itu nggak
selamanya bisa. Ada momen tertentu dimana saya juga harus memberikan hp kepada
Intan, yaitu :
1. Disaat kami
mengajak dia untuk berfoto bersama. *maklum belum punya kamera bagus selain hp*
2. Mengenalkan
nyanyian anak-anak yang kami simpan ofline dari youtube.
3. Disaat dia
meminta atau mengambil sendiri hp di meja dan kemudian menempelkannya di
telinga. Disitu saya akan menyahut ocehan dia seolah-olah kami sedang telfonan
gitu.
4. Disaat dia
rewel dan meminta untuk nyanyi, akan saya berikan dengan durasi yang tidak
kurang dari 10 menit. Biasanya cukup dengan 2 nyanyian.
Meskipun
ada saat saya berbaik hati memberikan hp ke Intan, dia tidak langsung puas gitu
aja. Dia akan meminta lagi dan bahkan marah kalau tiba-tiba hp saya simpan.
Nangis akan menjadi senjata dia, tapi sebagai ibu saya coba alihkan dengan hal
lain seperti :
1. Mengajaknya
bermain dengan objek baru entah itu lego block, boneka, atau bahkan rattle.
2. Mengajaknya
untuk membaca buku bersama.
3. Menyebutkan
nama-nama hewan yang posternya saya tempel di kamar
4. Atau
mengajak Intan untuk melakukan aktivitas bersama seperti mengajaknya menyapu,
angkat jemuran, atau bahkan sekedar bermain di teras. Tentunya disesuaikan
dengan porsinya Intan.
5. Kalau
terpaksa nangisnya belum berhenti, saya akan biarkan dia menangis sampai puas.
Kalau sudah selesai dan tenang baru saya coba sounding dia dengan kalimat “mama
tidak melarang Intan main hp untuk nyanyi, tapi kalau main hp nya lama nanti
mama dicuekin Intan kan mama jadi sedih”.
Kalau
soundingnya lebay ya maaf deh. Karena buat saya memang mengajarkan keberadaan
orang tua di samping anak juga perlu. Ini sih berdasarkan dari didikan bapak
ibu juga, bahwa orang tua memang harus mendampingi anak walaupun ada saat
dimana anak harus dilatih mandiri. Bahkan ketika anak meminta juga tidak
seharusnya orang tua kabulkan terus. Sebagai contoh ya gadget ini, ada saat
saya yes ada saat saya no.
Mungkin
teman-teman bisa sharing bagaimana menyikapi disaat anak mulai meminta main hp.
Saya tunggu di kolom komentar ya^_^
0 comments