Mengajarkan Keberagaman Kepada Anak

By Intania Kirana - Agustus 27, 2018


Mengajarkan Keberagaman Kepada Anak ~ emang bisa? Entah, hanya saja saya dan papanya sedang dan akan selalu berusaha. Karena di era sekarang ini kita bukan hanya mempersiapkan dia siap dengan perkembangan jaman yang begitu cepat, namun juga harus membekalinya dengan sikap menghargai perbedaan.




Aku sempat baca postingan  blog kak Icha di www.anisast com, dimana mereka mengajarkan keberagaman kepada Xylo. Poin yang mereka bicarakan kebetulah saya setuju semua. Lalu kenapa saya ikut-ikutan?

Ya karena memang melihat realita sekarang itu keadaan semakin beragam, namun manusia terkadang menjadikan perbedaan itu sebagai masalah.

Contoh :
Pengalaman waktu saya masih duduk di bangku kuliah, terkait kontrak kegiatan perkuliahan yang sudah tertulis di atas kertas. Disitu tertulis "study visit ke Candi Prambanan". Dan gegerlah satu kelas untuk menolak kontrak itu, akan tetapi saya berbeda pendapat dengan mereka. Saat itu alasan saya "jika itu sudah kontrak perjanjian, mau tidak mau kita harus setuju dan melaksanakannya. Kalaupun kalian mau usul, silakan. Tapi saya akan tetap dengan pendirian saya".


Dan kalian tau nggak apa yang terjadi dengan saya? HANYA KARENA SAYA BERBEDA PENDAPAT, SAYA DI BULLY, DI BENCI SATU KELAS, DI NYINYIRIN DAN RASANYA SAAT ITU SATU KELAS MEMUSUHI SAYA. Meski pada akhirnya, karena hasil voting menunjukkan bahwa pendirian saya ini kalah, ya saya tetap menjalankan kesepakatan baru. Marah? Jujur sih enggak, down? IYA!!! Beruntungnya saya selalu didampingi teman segerombolan saya yang dibelakang teman-teman sekelas selalu menghibur, dan dukungan dari pacar saya saat itu untuk kuat menghadapi.

Hasilnya... Keadaan kembali cair setelah semesteran berlalu. Dendam sama temen-temen? Enggak lah... Ngapain. Tapi, itu kesan yang menyakitkan. Hanya karena kita beda pendapat lalu di benci.

Ada lagi, ocehan anak-anak meski bagi sebagian menganggap "ah... Namanya juga anak-anak, nggak papa lah..." Nggak selamanya harus di maklumi.

Kayak gini "Mbak, anak itu Kristen. Kata Nadia, aku nggak boleh temenan sama dia". Atau kayak gini "Mbak, kamu bukan Islam ya, kok nggak pakai kerudung?".

Jujur, sebagai orang tua zaman now saya bingung. Karena Intan dan adik-adikny nanti, secara sadar atau tidak akan dibesarkan di lingkungan yang sekarang apa-apa diributin, beda dikit di bully.

Ya miris aja sih ya. Tapi gimana caranya juga saya dan papa bisa membekali anak dengan rasa tepo sliro dan menghargai perbedaan. Kayak Intan nih yang udah hapal banget "mama... Itu Sambokong!!" Yang dia maksud adalah Klenteng Sam Po Kong. Selama main kesana, saya sama papa berusaha menjelaskan bahwa ini adalah klenteng dan di gedung sebelah ini yang nggak boleh masuk itu buat tempat berdoa sama Allah.

Lalu Intan paham aja gitu?

Ya enggak lah. Semua butuh proses juga kalik. Tapi saya tetap berusaha buat kasih pengertian ke dia, bahwa cara mereka berdoa memang beda dengan saya dan papanya yang beragama Islam.

Kayak pas main ke rumah mantan ibu kepsek, dia eksplorasi ruangan dan melihat ada tanda salib. "Mama tu apa?" Sambil dia nunjuk. Dan saya jawab kalau itu dipakai Mbah Yun (panggilan dia ke ibu kepsek saya) berdoa.

Apa dia paham? Ya belum juga lol.

Trus pas lagi di taman kota "mama... Itu orang gundul" kebetulan ada lewat dan beneran gundul. Malu, cint. Lantas kemudian saya memberi pengertian ke dia "iya.. itu gundul. Papa sama mama ada rambut. Itu beda ya. Tapi lain kali ngomongnya pelan dan jangan gitu ya". Apa dia ngerti? Dia ngangguk aja dan ngeloyor pergi lol.

See kan, ngajarin ke anak itu nggak gampang tapi kudu terus di coba. Ini sih pendapat aku sendiri ya karena memang membekali anak menerima perbedaan di era sekarang itu harus banget.

Supaya dia tidak serta merta menganggap orang yang tidak seagama dengan dia itu kafir, dia tidak membully orang yang tidak sependapat dengan dia, dan dia tidak akan menjadi orang yang arogan hanya karena apa yang dia lihat itu tidak seperti prinsip dia.

Supaya dalam menjalani kehidupan dia yang sebenarnya nanti akan selaras, damai dan saling berdampingan. Karena kita makhluk Tuhan yang diciptakan secara beragam.

Jadi ngajarinnya gimana? Kasih aja mereka pengertian sesimple mungkin, kenalkan lah mereka dengan rumah ibadah atau tradisi yang berbeda dari keyakinan kita, ajak mereka bergaul dengan orang-orang yang beda agama dengan kita. Karena lingkungan sekitar itu adalah sekolah anak yang lebih alami 😊.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments