Kamu adalah Intan yang Tak Ternilai Harganya

By Intania Kirana - September 05, 2016



 

Intanku,
Buat mama, dengan adanya kamu itu seperti mama sekolah lagi. Buat mama sih awalnya sepele aja ngejalani hidup bareng papamu. Tapi gak taunya, ternyata setiap hari ada hal baru yang sebetulnya mama belum pernah nemuin di kehidupan mama. Dan itu sangat menguras emosi, air mata, dan bahkan mama sering merasa lelah. 


Intan,
Pas mama tau kalau sebulan pasca nikah ada dua garis merah di testpack seharga duaribuan, bukanya mama seneng tapi justru mama nangis. Malah papamu yang kelihatan bahagia banget kalau mama hamil. Bayangkan, kamu ada di rahim mama secepat itu. Disaat mama lagi seneng-senengnya punya status sebagai pengantin baru. 

Intan,
Perjalanan kamu itu sangat luar biasa. Ketika mama sama papa terlibat beda pendapat harus membawamu ke bidan atau dokter setiap bulannya. Padahal buat ke dokter harus merelakan honor salah satu diantara kami.  Merelakan lembaran ratusan ribu di kasir bahkan seringnya comot amplop honor papamu demi nebus vitamin yang mama minum tiap pagi. Tapi lihat perkembanganmu, kami bahagia. Bahagia banget!

Intan, 
Masih ingat setiap pagi kita naik motor, mama sambil cerita perjalanan mama ke sekolah. Mama rayu-rayu kamu biar bisa bantu mama selama bekerja. Dan itu berhasil kamu lakukan selama 9 bulan, setiap pagi mama selalu segar bugar dan tetap mengajar meskipun malamnya mama harus tepar lemes gak berdaya. Ingat juga berapa banyak bekal bawaan mama demi memenuhi hasrat makan mama yang menggila. Pernah satu hari seorang murid mama yang namanya Dhimas bawain mama jambu biji karena mama pengen makan jambu biji. Nanti kalau intan ketemu sama kak Dhimas jangan lupa bilang terimakasih juga ya.

Intan,
Kamu hadir jauh dari tanggal yang kami perkirakan bersama ibu dokter cantik. Disaat mama harus menerima kenyataan bahwa kondisimu sudah lemah dalam rahim mama. Semalaman mama harus menerima infuse dan bantuan oksigen demi menyelamatkanmu. dan akhirnya tepat di tanggal 5 September 2015 kamu hadir di dunia. Melengkapi mama dan papa yang sekarang sudah menjadi kita.

Intan,
Disaat drama menjadi ibu itu mama mulai. Ketika harus menyusui, mandiin, gedong, gantiin popok, cuci popok, begadang dan bersihin poop. Mama lakuin semua dengan ikhlas. Ikhlas yang masih mama sebut-sebut sambil nangis dan ada sisi gak terima bahwa begini amat rasanya punya anak. Ikhlas yang juga mama ikuti dengan bersyukur sama Gusti bahwa gak semua orang ngalamin kayak mamamu ini. Ikhlas yang kata papamu jangan disebut, lakukan dan kemudian lupakan. 

Intan,
Ada banyak yang harus mama korbankan. Kesenangan masa pengantin muda yang berganti jadi hamil muda. Impian jalan-jalan, nongkrong-nongkrong, keliatan modis dengan baju yang dibelikan papamu. Semuanya berganti dengan sikap posesif papamu yang melarang mama capek, ada saat pergi berdua dan itupun gak lama. Ibarat orang bernafas baru sampe tenggorokan aja tuh segernya. Ada rencana jalan-jalan ke luar kota sama temen-temen mama tapi harus rela dilarang papa sama mbah koko karena mama harus jaga kamu. Tapi ada saat bahagia dimana mereka mengajak mama ngadem di mall sambil cuci mata ditemenin papamu. 

Intan,
Menjadi seorang ibu memang harus rela berubah. Disaat impian yang sudah mama susun rapi serapi alis mama, berubah total berganti keseharian menjadi ibu. Tumpukan popok yang harus dicuci, kain bedong dan baju-baju bayi yang harus disetrika, jam mandi yang harus on time dan jam nenen yang harus rutin. Bahkan pumping menjadi hal baru yang lebih mengasyikan dibandingkan nongkrong di café sampe pantat pedes. Ada kamu, hidup mama jadi lebih bervariasi.

Intan,
Ada saat dimana mama dan papa menjadi manusia paling irit. Pemasukan yang tak seberapa, kebutuhan ikut bertambah. Kami harus menutup telinga dari omongan yang mengatakan bahwa kami masih mengandalkan orang tua. Padahal mereka gak tau, ada perut yang rela lapar demi mamamu yang porsi makannya melebihi porsi tukang jagal sapi. Kenapa gak minta ortu? Lantas kapan kami belajar mandiri kalau minta terus?

Intan,
Sederhana menjadi pilihan kami. Bukan kami tak punya atau tak mampu, tapi percayalah kami akan selalu ada bersamamu. Menutup telinga dari omongan-omongan orang dan bahkan tutup mata demi kebahagiaan kami. Memilikimu adalah harta yang sangat tidak ternilai. Yang orang lain tidak pernah punya, Intan yang memang Tuhan berikan dan amanahkan untuk kita.

Selamat mensyukuri 1 tahun usiamu, anakku. teriring doa yang tak pernah lelah kami haturkan padaNya. Tumbuh dan berkembanglah menjadi anak yang ceria dan bahagia. Aamiin.
  

  • Share:

You Might Also Like

0 comments