Intanku,
Buat mama,
dengan adanya kamu itu seperti mama sekolah lagi. Buat mama sih awalnya sepele
aja ngejalani hidup bareng papamu. Tapi gak taunya, ternyata setiap hari ada
hal baru yang sebetulnya mama belum pernah nemuin di kehidupan mama. Dan itu sangat
menguras emosi, air mata, dan bahkan mama sering merasa lelah.
Intan,
Pas mama
tau kalau sebulan pasca nikah ada dua garis merah di testpack seharga
duaribuan, bukanya mama seneng tapi justru mama nangis. Malah papamu yang
kelihatan bahagia banget kalau mama hamil. Bayangkan, kamu ada di rahim mama
secepat itu. Disaat mama lagi seneng-senengnya punya status sebagai pengantin
baru.
Intan,
Perjalanan
kamu itu sangat luar biasa. Ketika mama sama papa terlibat beda pendapat harus
membawamu ke bidan atau dokter setiap bulannya. Padahal buat ke dokter harus
merelakan honor salah satu diantara kami. Merelakan lembaran ratusan ribu di kasir
bahkan seringnya comot amplop honor papamu demi nebus vitamin yang mama minum
tiap pagi. Tapi lihat perkembanganmu, kami bahagia. Bahagia banget!
Intan,
Masih ingat
setiap pagi kita naik motor, mama sambil cerita perjalanan mama ke sekolah.
Mama rayu-rayu kamu biar bisa bantu mama selama bekerja. Dan itu berhasil kamu
lakukan selama 9 bulan, setiap pagi mama selalu segar bugar dan tetap mengajar
meskipun malamnya mama harus tepar lemes gak berdaya. Ingat juga berapa banyak
bekal bawaan mama demi memenuhi hasrat makan mama yang menggila. Pernah satu
hari seorang murid mama yang namanya Dhimas bawain mama jambu biji karena mama
pengen makan jambu biji. Nanti kalau intan ketemu sama kak Dhimas jangan lupa
bilang terimakasih juga ya.
Intan,
Kamu hadir
jauh dari tanggal yang kami perkirakan bersama ibu dokter cantik. Disaat mama
harus menerima kenyataan bahwa kondisimu sudah lemah dalam rahim mama.
Semalaman mama harus menerima infuse dan bantuan oksigen demi menyelamatkanmu.
dan akhirnya tepat di tanggal 5 September 2015 kamu hadir di dunia. Melengkapi
mama dan papa yang sekarang sudah menjadi kita.
Intan,
Disaat
drama menjadi ibu itu mama mulai. Ketika harus menyusui, mandiin, gedong,
gantiin popok, cuci popok, begadang dan bersihin poop. Mama lakuin semua dengan ikhlas. Ikhlas yang masih mama
sebut-sebut sambil nangis dan ada sisi gak terima bahwa begini amat rasanya
punya anak. Ikhlas yang juga mama ikuti dengan bersyukur sama Gusti bahwa gak
semua orang ngalamin kayak mamamu ini. Ikhlas yang kata papamu jangan disebut,
lakukan dan kemudian lupakan.
Intan,
Ada banyak
yang harus mama korbankan. Kesenangan masa pengantin muda yang berganti jadi
hamil muda. Impian jalan-jalan, nongkrong-nongkrong, keliatan modis dengan baju
yang dibelikan papamu. Semuanya berganti dengan sikap posesif papamu yang
melarang mama capek, ada saat pergi berdua dan itupun gak lama. Ibarat orang
bernafas baru sampe tenggorokan aja tuh segernya. Ada rencana jalan-jalan ke
luar kota sama temen-temen mama tapi harus rela dilarang papa sama mbah koko
karena mama harus jaga kamu. Tapi ada saat bahagia dimana mereka mengajak mama
ngadem di mall sambil cuci mata ditemenin papamu.
Intan,
Menjadi
seorang ibu memang harus rela berubah. Disaat impian yang sudah mama susun rapi
serapi alis mama, berubah total berganti keseharian menjadi ibu. Tumpukan popok
yang harus dicuci, kain bedong dan baju-baju bayi yang harus disetrika, jam
mandi yang harus on time dan jam nenen yang harus rutin. Bahkan pumping menjadi hal baru yang lebih
mengasyikan dibandingkan nongkrong di café sampe pantat pedes. Ada kamu, hidup
mama jadi lebih bervariasi.
Intan,
Ada saat
dimana mama dan papa menjadi manusia paling irit. Pemasukan yang tak seberapa,
kebutuhan ikut bertambah. Kami harus menutup telinga dari omongan yang
mengatakan bahwa kami masih mengandalkan orang tua. Padahal mereka gak tau, ada
perut yang rela lapar demi mamamu yang porsi makannya melebihi porsi tukang
jagal sapi. Kenapa gak minta ortu? Lantas kapan kami belajar mandiri kalau
minta terus?

Intan,
Sederhana
menjadi pilihan kami. Bukan kami tak punya atau tak mampu, tapi percayalah kami
akan selalu ada bersamamu. Menutup telinga dari omongan-omongan orang dan
bahkan tutup mata demi kebahagiaan kami. Memilikimu adalah harta yang sangat
tidak ternilai. Yang orang lain tidak pernah punya, Intan yang memang Tuhan
berikan dan amanahkan untuk kita.
Selamat mensyukuri 1 tahun usiamu, anakku. teriring doa yang tak pernah lelah kami haturkan padaNya. Tumbuh dan berkembanglah menjadi anak yang ceria dan bahagia. Aamiin.
0 comments